PEUMULIA JAME ADAT GEUTANYO...RELA BERBAGI, IKHLAS MEMBERI...PEUMULIA JAME ADAT GEUTANYO...RELA BERBAGI, IKHLAS MEMBERI...PEUMULIA JAME ADAT GEUTANYO...RELA BERBAGI, IKHLAS MEMBERI...

Sabtu, 26 Maret 2011

MAKALAH MSI


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ucapan hamdallah kita panjatkan sebagai implementasi rasa syukur kita kehadirat Ilahi Rabbi yang telah memberikan kita kekuatan fikir dan dzikir. Dialah Tuhan yang patut kita sembah karena kemurahan dan kedermawan-Nya kita masih diberi kesempatan mengisi alam ciptaan-Nya ini, walaupun kadang kita suka sombong dengan apa yang kita miliki padahal sesungguhnya hal itu milik Allah semata. Shalawat beserta salam selalu dan senantiasa kita curahkan kepada revolusiner Islam, yakni Nabi Muhammad Saw, yang menjadi petunjuk dan pengarah jalan keselamatan, kepada keluarganya, para sahabatnya dan para a’tbaut tabiin dan sampai kepada kita sebagi umat yang selalu berusaha untuk bisa ta’at kepadanya.
Dengan mengucapkan hamdalah, kami kelompok VI (enam) dalam bidang studi METODOLOGI STUDI ISLAM (MSI), telah merampungkan tugas membuat makalah ini dengan tema ISLAM, MORAL DAN KEMANUSIAAN.
Dan kami pun tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yan telah membantu dalam pembuatan makalah ini, baik moril maupun materil. Khusunya Bapak Ade Saefurrahman, S.Pd.I, dosen bidang studi MSI yang telah memberikan motivasi yang berharga buat kami.
Semoga makalah tipis dan singkat ini menjadi perubahan besar bagi kehidupan muslim di Indonesia. Amin.

B. Rumusan Masalah
Makalah Islam, Moral Dan Kemanusiaan ini diambil dari beberapa rumusan berikut :
1) Apa itu Islam dan kaitannya dengan akhlak dan moral?
2) Apa visi (tujuan) Nabi Muhammad Saw. diutus?
3) Apa saja yang termasuk akhlak terpuji dan akhlak tercela?
1) Apa keduduakan dan tugas manusia diciptakan?
2) Apa yang dimaksud keluarga, masyakat dalam Islam dan bagian-bagiannya?
3) Apa yang dimaksud musyawarah dan silaturahmi?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1) Memenuhi tugas kelompok dalam bidang studi ‘Metodologi Studi Islam’ mahasiswa/i semester satu STAI Sukabumi;
2) Untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam menyusun dan menulis makalah;
3) Mengimplementasikan dalam bentuk tulisan ilmu yang telah kami dapatkan dalam pelajaran MSI.
D. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini disusun berdasarkan bab dengan rincian:
Bab I PENDAHULUAN yang berisi Latar belakang, Rumusan masalah, Tujuan penulisan dan Sistematika penulisan.
Bab II PEMBAHASAN (ISLAM, MORAL DAN KEMANUSIAAN) yang meliputi:A.Islam dan Moral (1.Visi Nabi Muhammad diutus, 2.Akhlak Islami), B. Islam dan Kemanusiaan (1. Kedudukan Manusia, 2.Tugas Manusia, 3. Keluarga, Masyarakat dalam Kehidupan Manusia, 4.Musyawarah, dan 5. Hubungan Silaturahmi).
Bab III PENUTUP yang meliputi : A. Simpulan dan B. Saran.dan
Daftar Pustaka.

bab II msi

BAB II
ISLAM, MORAL DAN KEMANUSIAAN

Secara garis besar ( big line), pada bagian ini kita akan membicarakan dua materi yang dihubungkan dengan Islam. Dan tidak akan terlepaskan satu sama lain, karena merupakan implementasi atau buah hasil dari Islam itu sendiri. Pertama, Islam dan Moral, dan yang Kedua, Islam dan Kemanusiaan.
A. Islam dan Moral
Islam adalah agama sam’i (dari Allah) dan Allah pun meridhoinya ( Al-Maidah :3 ). Menurut istilah Agama adalah “wadh un ilaa hiyyun alladzii yusyaaqu lidzawil uquuli lisa’adatihim dunyan wa ukhra”, yang artinya” Aturan Allah yang dibebankan kepada orang (makhluk) yang berakal untuk mendapatkan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat”. Dengan demikian Islam merupakan konsep hidup manusia yang memercayai keberadaan dan kebenarannya, karena islam sesuai dengan risalah (visi) manusia yaitu menginginkan hidup bahagia baik di dunia maupun di akhirat seperti do’a yang selalu dibaca “robbanaa aatina fiddun ya hasanah wa fil aakhiroti hasanah waqinaa adzaabannaar”.
Islam merupakan agama yang komplit, bahkan super komplit. Semua tingkahlaku manusia ada aturan mainnya atau tata tertibnya yang disebut adab.
Adab merupakan tolak ukur atau standarisasi dari tingkahlaku manusia, apa dia bertingkahlaku baik atau tidak.
Suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan sudah menjadi kepribadian yang menimbulkan berbagai macam perbuatan, spontan tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran baik yang sesuai dengan adab maupun yang tidak disebut Akhlak (Iwan Ridwan). Keberadaan Islam dengan akhlak saling berhubungan, karena islam diliputi dengan akhlak yang mulia. Pernyataan itu sesuai dengan Hadits Rosullah Saw. yang artinya: “ Sesungguhnya Allah itu meliputi Islam dengan akhlak yang mulia dan perbuatan yang baik”.(HR.Mu’adz Bin Jabal)

Dalam Islam dipelajarai bagaimana bertingkahlaku (berakhlak/moral)yang baik. Meskipun ada yang membedakan antara akhlak dengan moral.Hal itu terjadi karena sumber rujukan dari keduanya berbeda. Akhlak bersumber dari Qur’an dan Hadits, sedangkan Moral bersumber dari kebiasaan komunitas tertentu, bisa dikatakan dia bermoral yang baik apabila sesuai dengan adab kebiasaan komunitas tersebut
Al-qur’an sebagai sumber akhlak hanya sebagai teoritis saja, sedangkan hadits merupakan pengantar/penjelas dari teoritis tersebut dan peraganya yaitu Nabi yang mendapat teori tersebut, yakni Nabi Muhammad Saw.
Realita yang ada, orang pasti kurang tertarik pada sesuatu, bahkan tidak akan tertarik jika dia hanya tahu lewat membaca dan mendengarkan saja dari orang lain tanpa ada yang memperaktikannya terlebih dahulu, begitu juga agama yang berhubungan dengan keyakinan seseorang. Untuk menularkan dan mengimplementasikan teori tersebut, tercermin dari visi Nabi Muhammad Saw. diutus ke alam dunia ini.
1.Visi Nabi Muhammad Saw. diutus
Visi perdana Rosulullah di dunia ini tertuang dalam haditsnya yang berbunyi “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”(HR.Imam Malik)
Kapasitas Nabi bagi umatanya sebagai suritauladan yang baik, sesuai dengan firman Allah Swt. Dalam surat Al-Ahjab:21.
Secara teoritik akhlak dapat dibagi menjadi dua bagian, Pertama, Akhlakul karimah yaitu akhlak yang mulia (baik), yang kedua, Akhlakul Mazmumah yaitu akhlak yang tercela ( jelek).
Akhlak yang mulia (Akhlakul Karimah) adalah akhlak yang sesuai dengan Qur’an dan Sunnah (hadits), sedangkan akhlak yang tercela (akhlakul Madzmumah) adalah akhlak yang tidak sejalan dengan Alquran dan sunnah (hadits), bahkan bertentangan dari keduanya.


Diantara akhlak yang termasuk akhlak yang baik (Akhlakul Karimah) adalah :
a) Ta’aruf ialah saling kenal mengenal. Islam mengajarkan umatnya untuk saling mengenal satu sama lain, karena Allah menciptakan manusia dari jenis, suku, bangsa yang berbeda. Sebagaimana firman Allah Saw. yang artinya “Wahai manusia! Sesungguhnya Kami jadikan kamu terdiri dari jenis laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar antara kamu saling kenal mengenal” (Q.S.Al_Hujurat, 49:13)
b) Tafahum adalah saling pengertian. Dalam segala persoalan, rasa pengertian selalu mendominasi dan penting keberadaannya apalagi manusia termasuk makhluk social (zoon socialis) yang memerlukan teman.
c) Ta’awun, berarti tolong menolong. Sifat Ta’awun ini sesuai dengan perintah Allah dalm surat Al-Maidah, 5:2 yang artinya “Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan, taqwa dan janganlah kamu tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan”.
d) Menyelamatkan muslim yang lain, sebagaimana sabda Rosulullah Saw yang artinya : “Muslim (sejati) adalah muslim yang dapat menyelamatkan muslim lainnya, baik dari lisannya maupun dari tangannya”.(HR.Bukhori)
e) Menunaikan janji.Allah Swt. Memerintahkan kita untuk menunaikan janji (akad) seperti yang tercantum dalam surat Al-Mai’dah ayat 1, yang artinya “Hai orang –orang yang beriman tunaikanlah janji–janji itu”.
f) Membersihkan kotoran dari jalan. Sabda Nabi Muhammad Saw, yang artinya “ Membuang kotoran dari jalan muslimin(umum) adalah bagian dari iman”.(HR Muslim)
Diantara akhlak yang termasuk akhlak yang tercela (akhlakul Madzmumah) adalah :
a) Ria ( ingin dilihat orang lain). Contohnya, jika ia berbuat kebajikan ia ingin orang-orang disekitarnya mengetahui kebajikannya agar mendapat pujian.
b) Munafik adalah sikap mendua/berwajah ganda, seperti kata pribahasa “srigala berbulu domba”.Ada tiga ciri orang yang memunyai sikap munafik, sabda Rosulullah saw.dalam haditsya : “Ciri-ciri orang munafik ada tiga, jika ia berbiacara maka dia bohong, apabila ia berjanji dia mengingkari, dan apabila dipercaya maka dia berhianat”.(H.R Muslim)
2. Akhlak Islami
Didalam Al-qur’an dan sunnah terdapat tuntunan agar kita berakhlak mulia.Pertama, tuntunan yang bersipat perintah dan yang kedua yang bersipat cegahan. Umapamanya perintah untuk memuliakan orang tua dan sekaligus cegahan untuk membentak orang tua.
Disamping itu, akhlak yang dianjurkan oleh Islam dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama yang berhubugnan dengan manusia dan yang kedua berhubungan dengan alam.
Diantaranya yang termasuk akhlak mulia yang berhubungan dengan manusia adalah :
1) Mempererat hubungan silaturahmi dan melarang memutuskannya;
2) Berbuat baik kepada kedua orang tua;
3) Berbuat baik kepada tetangga,
Seperti sabda Nabi Muhammad Saw. dalam dua hadist yang berbeda tentang perintah dan larangan bersikap kepada tetangga. Perintah memuliakan tetangga, artianya “ barang siapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir hendaknya memuliakan tetangganya”Larangan menyakiti tetangga tercantum dalam hadist Nabi Saw yang artinya “Tidak masuk sorga orang yang tidak memuliakan tetangganya”.
Diantara akhlak yang berhubungan dengan alam/lingkungan adalah bahwa manusia tidak dibolehkan melakukan kerusakan di bumi.
B. Islam dan Kemanuisaan
1. Kedudukan Manusia
Jalaludin Rahmat menulis sebuah artikel yang mengatakan bahwa dalam Al-Qur’an terdapat tiga istilah kunci yang mengacu pada makna pokok manusia : Basyar, Insan, dan Al-Nas.
Basyar dalam Al-quran disebut sebanyak 27 kali, memberikan referensi pada manusia sebagai mahluk biologis. Sebagai makluk biologis manusia dapat dilihat dari perkataan Maryam kepada Allah, “Tuhanku bagaimana mungkin aku mempunyai anak padahal aku tidak disentuh basyar”.(QS.Ali Imran : 47)
Konsep basyar selalu dihubungkan dengan sifat-sifat biologi manusia : makan, minum, seks, dan berjalan di pasar. Menurut Abdul Al-jalil Isa yang cenderung berpendapat bahwa nabi Muhammad melakukan ijtihad sebagaimana sahabat melakukannya.
Adapun kata Insan dalam Al-Qur’an disebut sebanyak 65 kali dalam dikelompokan dalam tiga kategori, Pertama, insan dihubungkan dengan konsep manusia sebagai kholifah atau pemikul amanah; Kedua, insan dihubungkan dengan predisposisi negative manusia; Ketiga, insan dihubungkan dengan proses penciptaan manusia.
Dalam al-Qur’an dikatakan bahwa, insan adalah makhluk yang diberi ilmu dan daya nalar dengan nadzar (merenungkan, memikirkan, menganalisa, dan mengamati) perbuatannya.
Konsep kunci yang ketiga adalah al-nas yang mengacu kepada mansuia sebagai makhluk social. Ia disebut dalam Al-qur’an sebanyak 240 kali. Pertama, banyak ayat yang menunjukan kelompok social dengan karakteristiknya, kedua, dengan memperhatikan ungkapan Aktsar Al-nas, Jalaludin Rahmat menyimpulkan bahwa sebagian besar manusia mampunyai kualitas rendah, baik dari segi ilmu maupun iman.
Jadi, kedudukan manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk social atau zoon politicon yang artinya manusia itu adalah makhluk yang selalu hidup bermasyarakat( Aris Toteles ), makhluk biologis dan makhluk psikologis( spiritual ).
Manusia adalah gabungan antara unsur material (basyar) dan unsur ruhani . Dari segi hubungannya dengan Tuhan kedudukan manusia adalah sebagai hamba atau makhluk yang sempurna , terbaik bentuknya dengan memunyai keistimewaan akal pikiran.

2. Tugas Manusia
Dengan mengacu kepada Al-quran kita dapat mengatakan bahwa tugas manusaia adalah beribadah kepada Tuhan dalam arti umum bukan hanya ibadah dalam arti khusus atau mahdhoh.Dalam surat Ad-dzariat syst 56. “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia supaya mereka menyembahKu”. Adapun tugas ibadah dalam arti khusus adalah menyembah Allah yang secara teknis sudah diatur dalam sunnah. Sedangkan ibadah dalam arti umum adanya keyakinan bahwa seluruh perbuatan kita yang bersifat horizontal semata-mata diperuntukan untuk Allah.
Disamping itu tugas manuisa adalah seperti yang termaktub dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 30, manusia adalah khalifah fil ardhi ( wakil, pengganti, atau duta) Tuhan di bumi dan akhirnya akan diminta pertanggungjawaban atas perwakilannya..
Kekhalifahan manusia di bumi, memiliki implikasi prinsipil yang luas karena kedudukannya sebagai wakil Tuhan di bumi. Manusia akan dimintai pertanggungjawabannya dihadapan yang mewakilkannya, tentang tugas suci yang diembannya.( Nurcholish Madjid 1992:302).
Jalaludin Rahmat menjelaskan bahwa manusia adalah mahluk paradoksal yang berjuang mengatasi konplik dua kekuatan yang saling bertentangan adalah kekuatan mengikuti fitrah yang memikul amanat Allah, dan kekutan mengikuti predisposisi negative yang sifat keluhkesah cenderung bakhil, dzolim dan hanya memikirkan kehidupan duniawi.
3. Keluarga dan Masyarakat dalam Kehidupan Manusia
Keluarga berasal dari penyatuan antara pikiran-pikiran yang berbeda watak, sifat, dan prilaku yang menjadikan satu persepsi dan tujuan yang sama serta dimulai dari hasrat dan keinginan individu-individu tersebut. Hasrat adalah fitrah yang dibawa sejak lahir. Dalam menciptakan keluarga sakinah, mawadah dan warahmah harus memiliki kretaria sebagai berikut:

a) tidak ada pertalian sedarah;
b) sudah dewasa;
c) baligh;
d) seagama;
e) mampu (material immaterial);
f) keturunan;
g) penampilan ;
h) keserasian.
Sabda Rosullallah Saw, yang artinya, “Seorang wanita dinikahi karena empat hal yaitu: Karena kecantikannya, keturunannya, kekayaannya dan karena agamanya, jika kamu ingin selamat pilihlah wanita yang kuat agamanya. (HR.Ibnu Majjah Al-Asqalani :208-9).
Keberadaan keluarga menjadi kelompok utama ‘pimary group’, dengan cara spontan dalam keluarga akan terjadi proses “sosialisasi” yaitu proses pengintegrasian indinidu kedalam kelompok sebagai anggota kelompok yang memberikan landasan sebagai mahluk sosial.
Dilihat dari segi ini maka terbentuknya masayarakat adalah komunitas dari berbagai keluarga. Secara sadar atau tidak sadar manusia hidup dalam berbagai kesatuan atau organisasi dan ia pun menjadi peserta dalam usaha-usaha kesatuan itu. Kesatuan itu diperoleh karena kelahirannya, maka terjadilah pergaulan manuisa yang satu dengan yang lainnya. (Drs.Suparto:1986)
Dalam ilmu kemasyarakatan kita mengenal ada dua masyarakat yaitu : Masyrakat paguyuban dan masayrakat patembeyan.
Dalam masyarakat paguyuban ( gemeinchaft ) terdapat suatu hubungan pribadi antara anggota-anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara mereka. Paguyuban dapat memunyai dasar alami ( darah ) misalnya, rukun kematian dasar kerohanian.
Dalam masyarakat patembayan ( geselschaft ) terdapat hubungan pamrih antara anggota-anggotanya, suatu hubungan yang terutama ditujukan untuk memperoleh keuntungan kebendaan misalnya, perkumpulan dagang, kehidupan dalam perusahaan anggota-anggota koperasi.
Menurut sebagian para ahli masyarakat dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Masyarakat muttaqun yaitu, masyarakat yang takut dan cinta serta hormat kepada Allah;
2) Masyarakat mukmin, yaitu masyrakat yang beriman kepada Allah yan dinyatakan dengan pengikraran secar lisan diwujudkan dalam amal perbuatan;
3) Masyarakat muslim yaitu, masyarakatyang pasrah kepada ketentuan Allah dan penuh keikhlasan dan kesadaran;
4) Masyarakat muhsin yaitu, masyarakat yan selalu berbuat baik dan beribadah kepada Allah;
Muttaqun, mukmin, muslim, muhsin, kafir, musyrik, munafik, fasik, dzolim
5) Masyarakat kafir yaitu, masyarakat yang mengingkari dan menolak kebenaran Allah;
6) Masyarakat musyrik yaitu, masyarakat yang menyekutukan Allah dan dianggap ada Tuhan selain Allah;
7) Masyarakat munafik yaitu, masyarakat yang bermuka dua dengan tanda-tanda suka berbuat dusta, tidask menepati janji dan suka berkhianat;
8) Masyarakat fasik yaitu, yang suka berbuat kerusakan dengan cara melanggar batas-batas ketentuan Allah;
9) Masyarakat dzolim yaitu, masyarakat yang suka menganiyaya termasuk terhadap dirinya;
10) Masyarakat mutraf yaitu, masyarakat yang tidak mensyukuri nikmat dan anugerah dari Allah.
Dari kesepuluh tipe masyarakat itu, yang termasuk masyarakat Muslim yang sebenarnya adalam masyarakat tipe pertama, kedua, ketiga dan keempat. Masyarakat Muslim adalah masyarakat yang teosentris dan etika-religius. Artinya, masysrakat yang serba Tuhan yang segala aktivitas hidupnya diwarnai moral dan etika islam. Sebagai masyarakat teosentris, mereka senantiasa menempatkan Tuhan sebagai arah dan tujuan akhir hidup yang ingin diraih. (Muhammad Fazlurrahman Ansari (1984:166-167).
6. Musyawarah
Musyawarah adalah pembahasan bersama dengan maksud mencapai keputusan dan penyelesaian bersama. Menurut al-Thabari, musyawarah adalah saling mengemukakan pembicaraan (al-kalam) untuk memperlihatkan kebenaran. Dan menurut Ashfahani, musyawarah ialah saling mengeluarkan pendapat antara satu dan lainnya.
Dalam pelaksanaannya, musyawarah ini terdapat beberapa kriteria seperti yang diungkapkan Para Ulama. Diantaranya :
a) Menurut pengikut Imam Syafi’I (syafi’iyah), jumlah anggota musyawarah itu sebanyak empat puluh orang. Hal ini sesuai dengan batas minimal kebolehan melaksanakan shalat Jumat;
b) Menurut Abu Ali Muhammad bin Abi al-Wahab al-Jubai, jumlah anggota musyawarah minimal lima orang;
c) Menjurut Ulama kufah, minimal tiga oran dan salah satu dianaranya menjadi pemimpin musyawarah; dan
d) Memurut Sulaiman bin Jarr al-Zaidi dan sebagian pengikut Muktazilah, anggota musyawarah minimal dua orang.
Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki oleh angota musyawarah, diantaranya ialah beragama Islam dan bertakwa dan berilmu, berakal, berkemampuan, mampu memberiakn masukan dan nasihat, dan memunyai sifat kasih sayang. (Ismail al-Badwi, 1981;56-84)
7. Hubungan Silaturahmi
Silaturahmi adalah komunikasi, yaitu proses awal terjadinya sebuah perkenalan antarsatu sama lain. Sialturahmi secara etimologi berasal dari bahasa arab yang artinya hubungan keluarga yang bertalian darah.
Bahasan silaturahmi sangat luas dan dalam kenyataannya silaturahmi tidak hanya yang bertalian darah saja namun silaturahmi antarmanusia dengan manusia dan yang lebih luas lagi hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
Dilihat dari objeknya, silaturahmi terbagi empat bagian :
a) Silaturahmi dengan diri sendiri;
b) Silaturahmi dengan sesama manusia;
c) Silaturahmi dengan seagama;
d) Silaturahmi dengan alam sekitar kita.
Adapun tingkatannya terbagi dalam empat bagian juga :
a) Berjabat tangan (al-mushafahah). Tingkatan ini membawa manusia kesifat lapang dada (al-shafh) yang lahira dari sifat pemaaf(al-‘afwu);
b) Saling memberi nasihat(tausiyah). Nasihat diarahkan pada perwujudan kebaikan dan penghilang kemaksiatan. Tingkatan ini menimbulkan terciptanya suasana kritik(al-naqd) yang sehat dalam kehidupan bermasyarakat. Kritikan dijadikan sebagai saran dan masukan yang berharga menuju kemaslahatan;
c) Saling bekerja sama dan tolong-menolong (almu’awanah dan al-musa’adah).Tingkatan silaturahmi ini dilaksanakan setelah tahapan-tahapan silaturahmi sebelumnya;
d) Menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat munkar.
Adapun manfaat atau kebaikan dari silaturahmi adalah seperti yang disabddakan oleh Nabi Muhammad Saw. yang artinya, “Barang siapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah menghubungkan kekeluargaan (silaturahmi)”.
Pengertian luas rizki dalam ahdis di atas ialah, bahwa rizki yang diterima itu menjadikan berkah ‘bertambah dalam kebaikan’, baik untuk diri sendiri, keluarga maupun orang lain (manusia dan alam sekitar).
Keburukan meninggalkan silaturahmi atau mungkin memutuskan silaturahmi itu adalah tertutupnya pintu surga, dengan kata lain orang yang memutuskan silaturahmi tidak akan masuk surga, selain itu ia tidak akan mendapatkan ekbahgiaan baik di dunia maupun di akhirat. Sabda Nabi Muhammad Saw. yang artinya, “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan persaudaraaan (silaturahmi)”.H.R Ibnu Hajar al-Ashqolani).

bab III msi

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Islam termasuk agama sam’i yang diridhai Allah yang memunyai perhatian yang sangat besar terhadap akhlak dan moral, hal itu diwujudakn dengan adanya aturan seluruh tingkahlaku manusia. Akhlak dengan moral menurut pengertiannya sama yaitu tingakhlaku, tetapi memunyai rujukan (sumber) yang berbeda, Alquran dan Adat atau kebiasaan.
Dalam merealisasikan Akhlak itu, Allah telah mengutus Nabi Muhammad Saw. untuk menjadi peraga/contoh (suritauladan) yang baik, yang sesuai dengan konsep Islam tentang akhlak dan untuk menyempurnakannya.
Secara teoritis akhlak terbagi dua bagian yaitu, akhlak terpuji (Mahmudah) dan akhlak tercela (madzmumah).
Kunci kedudukan manusia ada tiga yaitu,pertama basyar (yang berhubungan dengan faktor biologis manusia), kedua insan (yang berhubungan tugas dan kapasitas manusia), dan yang ketiga an-nas ( yang berhubungan dengan kemasyarakatan, karena manusia termasuk mahluk sosial ‘human socialis’).
Dalam melaksanakan tugasnya manusia membuat kumpulan mulai dari keluarga sampai ketahap masyarakat. Dalam Islam, masyarakat terbagi kepada sepuluh kriteria, masyarakat Muttaqun, mukmin, muslim, muhsin, kafir, musyrik, munafik, fasik, dzolim dan mutraf.
Dalam menjaga kerukunan dan keharmonisan keluarga dan masyarakat maka manusia diarahkan untuk selalu bermusyawarah apabila terjadi perselisihan/beda pendapat guna mencari jalan keluarnya. Disamping itu manusia diharapkan dan diwajibkan untuk menjaga tali persaudaraan(sialturahmi) baik sesame agam amupun sesama umat beragama.
B. Saran
Semoga di akhir hidup yang tinggal beberaap bulan, hari bahkan menit dan detik ini karena kita tidak tahu kapan badan ini diambil, kita menjadi hamba yang selalu dan senantiasa menjalankan segala perintah-Nya dengan melaksanakan tugas yang telah dibebankan kepada kita sebagai manusia yang diutus ke bumi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar